Minggu, 13 September 2015

Turki, Baku Hantam di Wilayah Mayoritas Kurdi 9 Tewas


Baku Hantam di Wilayah Mayoritas Kurdi di Turki, 9 TewasSejak gencatan senjata dilanggar pada Juli lalu akibat protes pasca pemilu, ratusan militan dan lebih dari seratus tentara negara tewas dalam konfrontasi. (Reuters/Osman Orsal)
JakartaCNN Indonesia -- Kelompok militan Kurdi meledakkan bom mobil di pos pemeriksaan di Kota Diyarbakir, Turki, pada Minggu (13/9) dan menyebabkan dua petugas kepolisian tewas. Dalam perseteruan terakhir antara pasukan pemerintah dan Partai Pekerja Kurdi (PKK) ini, setidaknya sembilan orang meninggal dunia.

Seperti dilansir Reuters, setelah bom meledak di Diyarbakir, PKK melarikan diri ke wilayah pegunungan, lalu kepolisian Turki yang didukung pasukan helikopter dan satuan komando mengejar mereka.

Dalam proses penangkapan ini, pasukan Turki menewaskan enam anggota PKK. Sementara itu, petugas kepolisian juga tewas dalam konfrontasi lain.

Baku hantam ini menambah panjang konfrontasi antara pemerintah Turki dan PKK. Sejak gencatan senjata dilanggar pada Juli lalu akibat protes pasca pemilu, ratusan militan dan lebih dari seratus tentara negara tewas dalam konfrontasi.
Pertikaian yang membuat upaya damai pada 2012 semakin sulit tercapai ini merupakan kekerasan terburuk di Turki selama dua dekade belakangan.

Di Diyarbakir sendiri, tujuh petugas kepolisian tewas dalam baku tembak. Kantor Gubernur Diyarbakir pun memberlakukan jam malam di daerah pimpinannya.

Di pusat kota lain, polisi menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah kelompok-kelompok kecil pemuda yang melemparkan batu dan mencoba melompati barikade dalam aksi protes atas kebijakan jam malam.

Berbicara kepada awak media di dekat distrik Sur, seorang pemimpin pendukung kaum Kurdi dari Partai Demokrasi Rakyat (HDP), Selahattin Demirtas, meminta seluruh petinggi Turki dan PKK di perbatasan Irak untuk menghentikan kekerasan dan kembali melakukan pembicaraan damai.

"Ankara dan Qandil harus ambil posisi yang merespons harapan rakyat dengan proyek yang jelas dan konkret. Meskipun meja perundingan damai sudah terbalik, kewajiban kalian untuk membalikannya kembali," ujar Demirtas.

PKK memulai aksi separatisnya untuk membentuk wilayah dan pemerintahan otonom sejak 1984 yang akhirnya memicu konflik hingga menewaskan 40 ribu orang. PKK lantas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berjanji akan memerangi PKK hingga "tak ada satupun teroris tersisa."

Tidak ada komentar :

Posting Komentar